About

Compare hotel prices and find the best deal - HotelsCombined.com

Blogger news

Kamis, 05 Januari 2012

Tengkar sama Orang tua ?

Suatu ketika datang seorang murid kepada saya.... Sang murid bilang,"Pak....saya lagi sebel, jengkel, pinginnya marah......."
Lhah...koq bisa sih, kan spean orangnya baik, suka senyum, selalu ceria....coba cerita sama saya,...pinginnya marah ma siapa?" Jawabku...
"Sama Mama....sama Papa....tadi malam saya tengkar sama mereka..........@#$%^^&&*&*(((" Jawabnya seraya meniunjukkan tingkah laku yang lain dari biasanya.

Saudaraku, ini adalah sekelumit cerita dari anak-anak yang curhat kepada saya, guru BKnya

Hiiiii.....ampun deh!! Terbayang hal yang menakutkan dari dua pihak yang saling beradu mempertahankan bahwa yang ”benar” itu adalah ”miliknya”. Menakutkannya karena kadang berawal dari konflik itu mengakibatkan salah satu tersakiti, tidak hanya sakit perasaannya karena kecewa tapi fisikpun bisa terluka jika konlik sudah tak terkendali.
Saudaraku, tanpa kita sadari hampir tiap hari kita mengalami konflik dengan orang sekitar kita, dengan orang tua, saudara, teman, bahkan dengan guru. Berawal dari masalah perbedaan pendapat, rasa tidak dihargai, berebut untuk nomor satu dengan saudara, pengkhianatan oleh teman, merasa diperlakukan tidak adil oleh guru dll. Sedih bukan rasanya jika kalian mengalami hal semacam ini?
Saudaraku, Kali ini saya mengajak menyelami konflik yang sering kali terjadi antara anda para remaja dengan orang tua, penyebab terjadinya konflik dan strategi mengurangi konflik remaja dengan orang tua.
Contoh hal yang kadang dianggap sepele, masalah merapihkan tempat tidur. Kalau orang tua belum teriak kadang sampean malas melakukannya, padahal hampir tiap pagi, dari hari ke hari, dari tahun ke tahun orang tua tidak pernah lupa mengingatkan. Sekali saja sampean mencoba membiarkan, apa yang terjadi? Orang tua marah kan?............
Sekarang bagaimana kalau sampean sebagai pihak yang tiap hari harus selalu mengingatkan orang tua masalah pemberian uang saku, pasti akan Bete kalau kalian tahu orang tua dengan sengaja tidak memberi tanpa alasan yang jelas..........(koq...jadi pro orang tua sih.?????........gitu ya menurut spean?).
Kenapa konflik remaja dengan orang tua bisa terjadi? Hal-hal apa saja sih yang bisa jadi penyebab pertengkaran? Lalu bagaimana jika  terjadi konflik yang berat dan berkepanjangan?
Masa awal remaja adalah waktu dimana sampean merasakan konflik remaja – orang tua  meningkat lebih dari konflik saat kalian masih ”anak-anak”. 
Perubahan biologis pubertas, perubahan cara berfikir  termasuk meningkatnya idealisme dan penalaran logis, perubahan sosial yang berpusat pada kebebasan dan jati diri, keinginan dan harapan yang tak tercapai, dan perubahan fisik, kognitif dan sosial orang tua sehubungan dengan usia paruh baya.
Walaupun konflik dengan orang tua  meningkat di masa awal remaja, namun konflik ini kebanyakan konflik melibatkan kejadian sehari-hari dalam kehidupan keluarga, seperti merapikan kamar tidur, berpakaian yang rapi, pulang sebelum jam tertentu, tidak terlalu lama bicara di telpon, dan sebagainya. 
Kebanyakan konflik terjadi dengan ibu dan mayoritas terjadi antara ibu dengan putrinya.
Dan meskipun konflik kebanyakan bermula dari kejadian sehari-hari, tetap saja, remaja dan orang tua yang terlibat dalam pertengkaran yang berulang-ulang tanpa pernah ada kesepakatan akan menjadikan rumah serasa penjara. Orang tua mungkin dapat menekan perilaku menentang anak-anak karena secara fisik anak-anak lebih kecil dari  pada orang tua. Tetapi pada  masa remaja peningkatan ukuran dan tenaga bisa berakibat pada ketidakpedulian atau konfrontasi terhadap pendiktean orang tua.
Saat kalian malas merapihkan tempat tidur tak jarang orang tua mengataka,”kamu sudah besar,mestinya kamu sudah tahu tugas-tugasmu tanpa tiap hari ibu mengingatkan kamu”. Tapi saat kalian merasakan cinta terhadap teman lawan jenis, orang tua mengetahui kamu sering sms dan telpon berlama-lama dengan teman istimewamu itu orang tua akan mengatakan,”kamu masih kecil, tugasmu sekarang ini adalah belajar bukan pacaran”. Dua pernyataan orang tua yang seperti itu tentu membuat kalian bingung yang akhirnya kalian menuduh orang tua tidak pengertian.
Strategi Mengurangi Konflik Orang Tua – Remaja
Suatu cara terbaik  untuk mengatasi konflik orang tua –remaja adalah dengan cara pemecahan masalah secara bersama, yang tujuannya adalah untuk menemukan pemecahan masalah yang bisa memuaskan kedua belah pihak, orang tua – remaja. Pendekatan ini bisa berjalan dengan baik jika orang tua dan remaja memusatkan perhatiannya pada masalah tersebut, ketika diskusi dibatasi hanya pada satu masalah, dan ketika remaja sebelumnya telah setuju untuk mencoba mencari pemecahan masalah bersama.
Berikut ini dikatakan oleh ahlinya, Santrock (2003) pendekatan pemecahan masalah bersama terdiri dari enam tahap dasar, seperti berikut;
1.   Menetapkan aturan-aturan dasar penyelesaian konflik
Aturan-aturan ini pada dasarnya adalah aturan untuk bermain secara jujur. Kedua belah pihak orang tua dan remaja sepakat untuk memperlakukan satu sama lain dengan hormat, tidak ada hujatan, makian dan tidak merendahkan  yang lain, seperti; memperhatikan pemikiran atau pendapat orang lain. Ketika saat diskusi orang tua memberikan catatan yang positif dengan mengatakan keinginan untuk bersikap adil.
2.   Cobalah mencapai saling pengertian
Maksud dari saling pengertian disini adalah orang tua dan remaja sama-sama mendapat kesempatan mengutarakan duduk permasalahannya, dan bagaimana perasaan mereka tentang masalah itu. Dalam diskusi ini, penting sekali untuk tetap fokus pada permasalahan yang dibahas, bukan pada kepribadian.
3.   Cobalah melakukan brainstorming
Orang tua dan remaja mencari jalan keluar sebanyak mungkin untuk permasalahan yang sedang dihadapi. Pada titik ini, jangan ada gagasan yang di tolak karena terlalu gila, terlalu mahal, atau terlalu bodoh. Tentukan batas waktu, misalnya 5 atau 10 menit dan hasilkanlah kemungkinan penyelesaian sebanyak mungkin.
4.   Cobalah mencapai kesepakatan mengenai satu pemecahan atau lebih
Orang tua dan remaja memilih pilihan yang paling mereka sukai. Setiap pilihan tidak boleh dibahas karena akan menghasilkan perdebatan yang berkepanjangan, dan kadang kala tidak membuahkan apapun. Pada tahap ini orang tua dan remaja bisa melihat ke mana arah minat mereka. Beberapa tarik ulur, beberapa negosiasi mungkin akan diperlukan pada tahap ini. Orang tua maupun remaja tidak seharusnya menyetujui dengan hal yang menurut mereka tidak bisa diterima.
5.   Catatlah persetujuannya
Meskipun kelihatan formal, tapi tahap ini harus dilakukan karena kadang-kadang ingatan seseorang bisa lupa. Jika suatu saat orang tua atau remaja melanggar persetujuan, catatan ini dapat dijadikan pegangan.
6.   Tentukan waktu untuk membicarakan kelanjutannya untuk memeriksa perkembangannya
Jika orang tua atau remaja tidak mematuhi persetujuan, atau jika pemecahan yang disepakati bersama tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, permasalahan tersebut harus ditinjau lagi.
Saudaraku,......dari uraian di atas, semoga dapat bermanfaat baik bagi sampean selaku murid maupun orang tua maupun pihak-pihak lainnya yang membaca sebagai bahan masukan.
Namun satu hal yang perlu di ingat, adalah tidak ada orang tua yang memarahi anaknya, yang benar adalah Orang tua menasehati anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar